1. Kontrasepsi Aspek ekonomi dan
keamanan
Keberhasilan
pembangunan bidang kependudukan dalam pengendalian jumlah kelahiran
melalui program KB dapat merubah pandangan masyarakat khususnya
para pasangan usia subur terhadap jumlah anak dari rata-rata ingin
punya anak 5,6 pada 1967 – 1970 menjadi 2,3 tahun 2007, artinya
jumlah anak yang diinginkan pada pasangan usia subur menurun dan
perubahan sikap pada media usia kawin pertama perempuan dari 19,2 tahun
menjadi 18,8 tahun.
Dari
kondisi tersebut berhasil menurunkan laju pertumbuhan penduduk dari
kondisi 2,3% antara tahun 1970 – 1990 menjadi 1,4% antara 1990 – 2000 dan sampai
dengan 2005 telah menjadi 1,3% per tahun. Sehingga dari kurun waktu tahun
1970 sampai dengan tahun 2009 telah mencegah 100 juta kelahiran. Jika
tidak ada upaya perubahan kondisi kependudukan melalui pengendalian atau
pengaturan jumlah kelahiran dapat dibayangkan dampak sosial ekonomi
dan efek lanjutan terhadap kualitas sumber daya manusia yang
menjadi obyek dan subyek dalam ketahanan nasional. Pada waktu yang bersamaan
terjadi penurunan angka kematian bayi akibat upaya peningkatan kesehatan, hal
tersebut terjadi perubahan kondisi peningkatan harapan hidup dari 1000
kelahiran bayi 145 diantaranya tidak mencapai usia tahun pertama pada
tahun 1971 menjadi dari 1000 bayi lahir hanya 35 yang meninggal sebelum
usia satu tahun.
Keberhasilan
tersebut telah mengubah kondisi piramida penduduk serta
peningkatan usia harapan hidup dimana menurunnya angka kelahiran dan kematian
dan disertai angka peningkatan harapan hidup telah mengubah struktur umur
penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia dibawah 15 tahun diikuti
dengan meningkatnya proporsi usia produktif 15-64 tahun dan meningkatnya
proporsi penduduk usia tua yaitu 65 tahun keatas. Penurunan proporsi anak
dibawah usia 15 tahun tentunya meringankan beban dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dasar seperti pangan ,sandang, pelayanan kesehatan, perbaikan gizi
dan pendidikan sehingga menjadi peluang investasi upaya meningkatkan
kualitas SDM dari aspek pendidikan dan kesehatan.
Dampak
dari penurunan kelahiran dan penurunan kematian mengakibatkan
transisi demografi yakni penurunan fertilitas yang panjang bersamaan dengan
penurunan angka kematian dirasakan dalam jangka panjang
akibat terjadi perubahan struktur umur penduduk dari penduduk muda menjadi umur
peduduk dewasa, perubahan struktur umur penduduk menyebabkan
menurunnya angka ketergantungan (dependensi ratio) dari 86 per 100 pada
tahun 1971 menjadi 54 pada tahun 2000 artinya pada setiap 100 penduduk kerja
akan mempunyai tanggungan 54 penduduk non produktif pada kondisi
tersebut terjadi peluang untuk melakukan investasi dalam meningkatkan
kulitas sumber daya manusia pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Penurunan
fertilitas yang diikuti dengan penurunan jumlah kematian bayi akan menyebabkan
proporsi penduduk usia kerja akan semakin besar dibandingkan dengan penduduk
muda. Usia prima produktifitas seseorang berdasarkan hasil
penelitian berada pada antara usia 20 – 54 tahun. Pada Kondisi usia
tersebut juga medorong pengkondisian SDM generasi lanjutan menjadi lebih
berkualitas seiring dengan peningkatan penghasilan.
Penurunan
fertilitas dan besarnya keluarga ideal memungkinkan perempuan mempunyai waktu
lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain yang bukan melahirkan dan merawat
anak karena masa melahirkan dan merawat anak menjadi pendek. Pada
kondisi ini menjadi peluang meningkatkan pendidikan dan ketrampilan
sehingga menjadi berkualitas dan siap untuk memasuki pasar
tenaga kerja. Jika kondisi ini berlanjut akan menciptakan poduktifitas
nasional dan tentunya akan memperkuat kondisi
ketahanan nasional. Teori tentang perubahan prilaku melahirkan yang menyebabkan
menurunnya tingkat fertilitas dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1)
Teori
atau hipotesa tentang yang berkaitan dngan faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi atau tujuan tentang jumlah anak ideal.
2)
Teori
yang menerangkan penurunan fertilitas karena adanya pengendalian kelahiran atau
karena adanya alat kontrasepsi yang memungkinkan tercapainya pengendalian
kelahiran.
Teori
klasik transisi demografi adalah salah satu dari teori yang menjelaskan
perubahan persepsi tentang jumlah anak ideal yang lebih
kecil. Perubahan presepsi ini terjadi karena adanya perubahan struktural akibat
pertumbuhan ekonomi, industrialisasi dan urbanisasi yang menyebabkan terjadinya
penurunan angka kematian. Pada kondisi tersebut mendorong pasangan
untuk melakukan perhitungan secara ekonomis tentang biaya
membesarkan anak. Jika jumlah anak terlalu banyak, anak akan
menjadi beban dan tentunya membutuhkan biaya yang cukup besar.
Hubungan
antara kependudukan dari aspek kuantitas dan kualitas. dari sudut jumlah
penduduk dapat bersifat negative maupun positif. Penduduk besar atau
banyak berkualitas dapat menjadi modal dalam pembangunan, sebaliknya penduduk
besar atau banyak akan menjadi beban bagi pembangunan jika kualitasnya rendah.
Jumlah penduduk sedikit namun berkualitas meskipun sumber alam terbatas
pertumbuhan ekonomi dapat berkembang atau tumbuh dengan pesat,sebaliknya jumlah
besar atau banyak kualitas sumber daya manusianya rendah, meskipun sumber daya
alam banyak (baca:kaya) akan berdampak kepada kondisi ketahanan nasional.
Berbagai
bukti empiris menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa sebagian besar
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) dan bukan oleh melimpahnya
sumber daya alam (SDA). Negara-negara maju saat ini pada umumnya tidak
mempunyai SDA yang memadai tapi mempunyai SDM yang tangguh. Sebaliknya banyak
negara berkembang (termasuk Indonesia) mempunyai SDM yang melimpah, tapi tanpa
diimbangi dengan SDM yang baik, tetap tertinggal dari negara-negara yang sudah
berkembang. Di samping program pendidikan dan kesehatan, program
pengaturan kelahiran mempunyai peran penting dalam pembangunan SDM. Di
samping secara makro berfungsi untuk mengendalikan kelahiran, secara
mikro bertujuan untuk membantu keluarga dan individu untuk mewujudkan
keluarga-keluarga yang berkualitas menuju kondisi ketahanan nasional yang
diharapkan
Dalam
kaitan tersebut peningkatan kondisi ketahanan nasional dari delapan aspek
keterkaitannya dengan program keluarga berencana tidak dapat dipisahkan
dari kebijakan pembangunan kependudukan secara umum. salah satu
arah kebijakan pembangunan nasional mengamanatkan pentingannya “meningkatkan
kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran” dan “Program
Keluarga Berencana” salah satu dari lima program pokok bidang kependudukan dan
KB. “Program KB dilakukan dengan upaya-upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga”. Bahwa
program Kependudukan dan Keluarga Berencana sangat bermanfaat bagi pembangunan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Kegagalan
program KB dalam mengendalikan angka kelahiran akan menggangu tatanan ketahanan
nasional sehingga berdampak kepada menciptakan kondisi mengurangi atau bahkan meniadakan
hasil-hasil pembangunan dan dapat memberi beban yang sangat berat bagi
pemerintah untuk menyediakan berbagai kebutuhan dasar masyarakat seperti
pangan, papan, lapangan kerja, kesehatan , pendidikan dan lain sebagainya
bahkan justru akan menurunkan kualitas SDM.
Oleh
karena itu konsep pembangunan berwawasan kependudukan melalui kebijakan
penduduk tumbuh seimbang harus menjadi fokus agar tercipta kondisi ketahanan
nasional yang diharapkan dan menjadi strategis dalam menghadapi tantangan dari
luar maupun dari dalam pada era desentralisasi dan globalisasi. Dari
berbagai literatur atau tulisan kependudukan dan pembangunan disebutkan
bahwa salah satu modal dasar pembangunan adalah penduduk yang berkualitas
sangat penting dan strategis bagi pembangunan disegala bidang. Artinya jumlah
penduduk berkualitas yang mempunyai kompetensi dapat dibina dan didayagunakan
secara efektif dan akan menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi dan sangat
menguntungkan bagi ketahanan nasional.
Dalam
Teori Capital; modal adalah uang yang diubah menjadi suatu barang dagangan
untuk diubah kembali dari suatu barang dagangan menjadi lebih banyak uang dari
pada jumlah aslinya. Selanjutnya dikatakan dari barang tersebut ada unsur atau
komponen tenaga kerja (labour) kumpulan upah yang dibayarkan kepada pekerja
dikonsumsi kepada barang-barang sekunder maupun primer akan menumbuhkan tingkat
produksi, produksi meningkat akan menambah jumlah investasi sedang upah yang tidak
dibayarkan oleh produsen ada selisih antar jam kerja dengan upah yang diterima.
Karl Marx dalam bukunya (Das Capital) nilai lebih tersebut oleh produsen
dijadikan kembali modal dan seterusnya demikian pada akhirnya menjadi salah
satu sumber investasi. Tumbuhnya investasi akan menyerap tenaga kerja, manusia
bekerja akan memperoleh upah, upah sebagian dikonsumsi dan sebagian ditabung,
jumlah tabungan tersebut oleh Bank disalurkan untuk kredit salah satunya untuk
investasi ,proses akumulasi tersebut menumbuhkan perekonomian nasional
yang akan tercermin dalam Produk Domestic Bruto.
Model-model
ekonomi tentang tabungan yang berhubungan langsung dengan penduduk
adalah age dependency model, dengan landasan pemikiran bahwa
terhindarnya kelahiran bayi akan menyebabkan menurunnya sejumlah konsumsi
yang mendorong meningkatnya tabungan dan selanjutnya menyebabkan
terjadinya pembentukan modal. Selain itu ada model accounting
effects dan behavioral effect dimana penduduk muda
dan penduduk lansia mengkonsumsi barang melebihi apa yang bisa mereka bisa
produksi. Sedangkan penduduk usia kerja cenderung mempunyai tingkat output
tinggi dan cenderung mempunyai tingkat tabungan yang lebih tinggi. Penelitian
juga menemukan bahwa penduduk mulai menabung lebih banyak pada usia 40 –
65 tahun dimana pada kondisi tersebut tidak terbebani oleh pembiayaan
pengurusan anak.
Peningkatan
jumlah penduduk usia kerja akan meningkatkan tersedianya modal manusia
(human capital) dalam jumlah yang banyak. Penurunan angka kematian dan
meningkatnya harapan hidup manusia akan meningkatkan propensitas (bagian
kekayaan yang diinvestasikan) orang tua untuk menanamkan investasi modal
manusia dalam diri anak-anak. Perbaikan kesehatan dan penurunan kematian akan
memicu akumulasi modal (human capital accumulation). Peningkatan harapan hidup
manusia sampai 45-55 tahun diperkirakan menjadi pemicu terkuat investasi modal
manusia karena ini merupakan usia yang menentukan dimana investasi sumber daya
manusia terbayar kembali.
Peningkatan
harapan hidup ini telah mengubah gaya hidup masyarakat di segala aspek
kehidupan. Sikap dan prilaku masyarakat tentang pendidikan, keluarga, masa
pensiun peranan perempuan dalam pekerjaan mengalami pergeseran hal ini
menyangkut perubahan sosial dan budaya yang pada akhirnya pandangan
terhadap manusia meningkat dan dihargai sebagai aset bukan hanya faktor
produksi. Korelasi dua komponen tersebut mengkondisikan meningkatnya
kesejateraan penduduk dengan semakin sejahtera, kualitas sumber daya
manusia meningkat seiring membaiknya tingkat penghasilan masyarakat
yang tercermin dari pengeluaran riil per kapita penduduk. Ketidak berhasilan
dalam mengendalikan kelahiran dan menjadikan penduduk yang berkualitas akan
menjadikan pertumbuhan ekonomi tidak dapat memberi manfaat kepada kemakmuran
masyarakat.Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi harus diupayakan setinggi
mungkin, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan, kualitas SDM dan
produktifitas harus ditingkatkan sehingga memperkokoh kondisi ketahanan
nasional.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan konsep
pembangunan berwawasan kependudukan (people center development) akan mendorong
peningkatan kualitas SDM dengan meningkatnya kualitas SDM akan mendorong
produktifitas sehingga akan semakin berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan nasional yang akan memperkuat ketahanan nasional, sebaliknya
kokohnya ketahanan nasional akan mendorong lajunya pembangunan nasional.
http://duaanak.com/artikel/kependudukan-dalam-presfektif-pembangunan-ekonomi-guna-pembangunan-nasional/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar